Menguak Rahasia dan Menggali ‘Riwayat Terkubur’ (Kekerasan Antikomunis 1965-1966) – Dari Kuburan Massal Situkup Wonosobo Hingga Plumbon Semarang….
Buku Riwayat Terkubur : Kekerasan Antkomunis 1965-1966 karya John Roosa dibuka dengan kisah Ibnu Santoro lulusan University of Winconsin yang kemudian menjadi dosen di Universitas Gajah Mada. Ibnu Santoro salah satu korban yang telah berhasil diidentifikasi hidupnya berakhir di kuburan massal Situkup Wonosobo.
Selain informasi dari secarik kertas daftar nama 21 korban korban dibantai yang disimpan dan kemudian dibagikan oleh seorang pengawal truk yang mengangkut para korban sebagai petunjuk awal, serta kesaksian seseorang yang dipaksa oleh AD untuk menggali lubang kubur dan mengebumikan para korban, kemudian digenapi dengan hasil temuan tim forensik dan keluarga korban saat dilakukan penggalian kuburan massal di desa Situkup ini.
Sementara kisah Ibnu Suntoro menjadi pembuka, buku ini diakhiri dengan menyinggung kerbehasilan Yunantyo Adi dkk di Semarang membangun prasasti memorialisasi di kuburan massal Plumbon.
Ibnu Santoro dan kuburan massal Situkup Wonosobo dan Prasasti Plumbon adalah kisah mengenai pengungkapan ‘rahasia’ yang dikubur selama puluhan tahun ini.
Dalam bagian pendahuluan buku ini John Roosa juga menyebutkan bahwa “kiranya telah terjadi ribuan pembantaian, tetapi hanya satu kejadian –pembantaian di Wonosobo– yang telah diselidiki secara mendalam…..”. Walau demikian menurut Roosa masih tersisa banyak pertanyaan di seputar pembunuhan massal di Wonosobo ini.
Riwayat Terkubur kemudian mencoba menggali dan membongkar lebih banyak ‘rahasia’ dibalik pembunuhan massal dengan terbanyak mengambil modus penghilangkan paksa para tapol. Bagian terbesar dari korban pembantaian diambil pada malam hari dari tempat-tempat penahanan kemudian dibunuh di tempat sunyi dan terpencil.
Selain kisah Ibnu Suntoro dalam pembuka buku ini juga menggali kisah hidup dan kematian beberapa orang lain diantaranya I Gusti Nyoman Gede dan I Gede Puger di Bali.
Dalam buku ini Roosa bolak-balik dari kisah individual para pelaku, korban, saksi dan peristiwa umumnya atau pola-pola besar bagaimana pembunuhan massal itu diorganisir diantaranya melalui studi kasus di empat daerah Solo, Bali, Sumatera Selatan dan Riau.
Sebelum masuk dalam studi kasus 4 daerah Roosa mengulas tentang konteks, atau titik berangkat Persiangan Angkatan Darat dan PKI untuk meraih Hegemoni, Operasi Mental : Propaganda Angkatan Darat, dan tentang esensi dari penyiksaan yang dlakukan terhadap para tahanan yang tidak lain adalah untuk mendapatkan ‘pengakuan’ (palsu) dan ‘pembenaran ‘dari para tahanan tentang imaji-imaji liar dan skenario/rencana jahat PKI yang disusun sendiri oleh Angkatan Darat
dalam blurb di cover disebutkan
Meski pembantaian 1965-1966 terhadap para anggota, simpatisan, dan orang-orang yang dituduh mendukung PKI telah banyak diteliti secara garis besar, baru sedikit saja dari kekejaman ini yang telah dipelajari secara rinci, dan pertanyaan-pertanyaan dasarnya belum terjawab secara memuaskan. Apa kaitan antara tentara dengan milisi sipil? Mengapa korban yang tidak bersenjata dipandang sebagai ancaman bangsa oleh pelaku? Dan mengapa anggota PKI, yang berjumlah jutaan, tidak melawan?
Dipijakkan pada riset bertahun-tahun dan wawancara dengan para korban selamat, Riwayat Terkubur adalah sumbangsih impresif bagi kepustakaan mengenai genosida dan kekejaman massal, mengulas isu soal media, pengorganisasian militer, kepentingan ekonomi, dan perlawanan.
NgabuBuRead Sabtu : Bahas Buku ‘Riwayat Terkubur: Kekerasan Antikomunis 1965-1966 di Indonesia’
Kompilasi Tinjauan Buku / Resensi Riwayat Terkubur : Kekerasan Antikomunis 1965-1966 di Indonesia – John Roosa /”Buried Histories: The Anticommunist Massacres of 1965-1966 in Indonesia”
Kliping ini sendiri hanya mengangkat kuburan massal Wonosobo dan kuburan massal di Plumbon, dan tentang identifikasi kuburan-kuburan massal lainnya
Sensitive truths – Katharine McGregor – Inside Indonesia
For those in attendance at the exhumation, the opening of this grave presented the first opportunity for them to witness evidence of the deaths of community members or relatives. Surviving family members wanted answers to questions that for almost forty years they had not been able to ask, such as where their own family members had been buried. For Sri, the woman who had contacted the YPKP, the recovery of her father’s remains brought some sense of closure and allowed her to rebury his remains respectfully.
‘Mass Graves and Memory of the 1965-66 Killings’ – Kate McGregor
tentang penggalian kuburan massal dan penguburan kembali korban pembunuhan di kuburan masssal desa Situkup Wonosobo
2012, Douglas Kammen and Katharine McGregor (eds.), in The Contours of Mass Violence in Indonesia, 1965-1968, (SEAP Series Singapore University Press, University of Hawaii Press and KITLV, Singapore), pp. 234-262.
Daftar Korban Pembunuhan Massal 1965-1966 Dari Kuburan Massal Plumbon dan Wonosobo
Kompilasi Arsip Foto ‘1965’, Memorabilia Kuburan Massal Plumbon dan Penggalian Kuburan Massal Wonosobo
Penggalian Kuburan Massal 1965-1966 di Desa Situkup Wonosobo * simak Film Dokumenter Mass Grave, Digging Up The Cruelties (An Indonesia’s Forgotten Barbarism)
Kisah Ibnu Santoro Dosen Ekonomi Universitas Gajah Mada Lulusan Universitas Winconsin Yang Dieksekusi dan Dikuburkan di Kuburan Massal Situngkup Wonosobo
PENISANAN KUBURAN MASSAL 65-66 PLUMBON SEMARANG : MBAH KELIK MERINDUKAN ‘REKONSILIASI RUH’
Kisah Moetiah, Seorang Sinden dan Guru TK Melati Yang Dieksekusi dan Ditimbun di Kuburan Massal Plumbon – Semarang
Perkumpulan Masyarakat Semarang untuk Hak Azasi Manusia (PMS-HAM), Kuburan Massal Plumbon (1965-66) dan UNESCO – Perbincangan Dengan Yunantyo Adi
Kuburan Massal Plumbon dan Aksi Kamisan Masuk Dalam Situs Memori Dalam Kategori Persekusi Politik CIPDH-UNESCO
lain-lain
Your comment?