Wawancara Dengan Dr Soebandrio, Kepala Badan Pusat Intelijen : Soeharto Memang PKI!
BY: ERIKA EBENER |
simak pula kompilasi Tragedi Menteri Luar Negeri Indonesia* dr. Soebandrio [Indonesian minister caught in a cold-war clash**]
Itu judul yang saya temukan disebuah majalah tempo dulu. Bukan majalah Tempo, tapi majalah jadul yang bernama “Majalah Adil”. Sangat menarik isi wawancara singkatan dengan Dr Soebandrio yang dilakukan pada tanggal 30 September 1998. Berikut saya kutip hasil wawancara tersebut:
Wartawan (W) : Sebagai Ketua Badan Pusat Intelijen atau BPI, bagaimana anda melihat posisi Soeharto dalam tragedi G30S?
Dr Soebandrio (S) : Ya. Seperti kata Latief, dia terlibat. Ketika itu, kan dia Pangkostrad yang bisa menyelamatkan para jendral. Dia kan sudah tahu, kalau peristiwa itu akan muncul melalui laporan pembantunya, dan juga dari Kolonel Latief. Kenapa dia tidak melapor ke atasannya atau melakukan penyelamatan para jendral.
(W) : Menurut Anda sendiri, apakah Soeharto terlibat?
(S) : Kedekatan Soeharto dengan Letkol Untung, Kamaruzaman alias Sjam dan Aidit itu, urusannya apa kalau dia nggak punya kepentingan? Saya kira dia punya rencana khusus disana. Dia bermain.
(W) : Apakah itu berarti Soeharto PKI?
(S) : SOEHARTO MEMANG PKI. Saya tahu itu.
(W) : Penjelasannya bagaimana?
(S) : Ketika peristiwa Madiun dan ketika Soeharto bertugas di Yogyakarta, SAYA LIHAT dia banyak berhubungan dengan Letkol Untung, Sjam dan D.N. Aidit yang notabene PKI. Lalu apa sebenarnya yang dilakukan Soeharto saat meletus peristiwa G30S? Itu menjadi prosedur permainan Soeharto dalammoment itu. Dan dia dekat dengan beberapa orang penting di PKI, tetapi dia menyalahkan PKI,mestinya dia menjadi target penculikan, karena dia jendral dengan posisi penting.
(W) : Bagaimana Anda melihat kondisi Soeharto sekarang?
(S) : Kasihan juga sih, dia banyak dihujat rakyat, tak percaya lagi kepadanya. Tetapi yah, itu memang buah daru perbuatannya. Dia harus mempertanggungjawabkannya.
Siapa Itu Dr Soebandrio?
Dr. Soebandrio, lahir di Kepanjen, Jawa Timur, 15 September 1914. Dia adalah seorang politikus Indonesia yang sangat berpengaruh pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Lulusan dari Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta atau GHS ini pernah menjadi Duta Besar Republik Indonesia di London, Britania Raya, pada tahun 1950 sampai 1954 dan Moskwa, Uni Soviet, pada tahun 1954 sampai 1956.
Pada tahun 1956, Presiden Soekarno memanggil Soebandrio pulang ke Jakarta untuk diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri, lalu menjadi Menteri Luar Negeri. Berikutnya, pada tahun 1960, dia ditunjuk sebagai Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Dwikora I dan sebagai Menteri Hubungan Ekonomi Luar Negeri pada tahun 1962. Dia merangkap ketiga jabatan tersebut sekaligus sebagai Kepala Badan Pusat Intelijen hingga pada tahun 1966. Selain itu, sebagai anggota dari Komando Operasi Tertinggi dalam Operasi Dwikora dan Trikora. Dia juga menyandang pangkat Marsekal Madya di TNI Angkatan Udaran
Pasca Gerakan 30 September, Soebandrio divonis hukuman mati oleh Mahkamah Militer Luar Biasa dengan dakwaan terlibat dalam gerakan tersebut meski tidak ada bukti nyata yang menunjukkan pengetahuan atau keterlibatannya mengingat saat Gestapu meletus, Soebandrio sedang berada di Sumatera. Akan tetapi, vonis itu selanjutnya dikurangi menjadi hukuman seumur hidup. Dan pada tahun 1995, Soebandrio dibebaskan karena alasan kesehatan hingga wafat pada tahun 2004.
Fantastis sekali kelakuan Soeharto ini! Dia benar-benar menyikat habis dan membungkam setiap individu yang dianggap bisa menjadi saksi hidup atas perbuatannya pada negeri ini.
Mencermati apa yang dikatakan Dr Soebandrio dan melihat rangka waktu dari karir beliau, memang sangat masuk akal. Dr Soebandrio adalah Kepala Badan Pusat Intelijen selama 4 tahun, mulai tahun 1962 sampai 1966. Dan ketika G30S PKI terjadi, Dr Soebandrio masih menjabat sebagai Kepala BPI yang sekarang telah berganti nama menjadi BIN atau Badan Intelijen Nasional. Jadi kemungkinan dia tahu banyak tentang rencana Soeharto sangat dimungkinkan.
Selama 29 tahun di penjara (1966-1995), penderitaan dan penyakit yang bertubi-tubi telah mengepung hidupnya menjadi seseorang yang hampir tak berdaya menghadapi kekuatan Orde Baru. Padahal, Soebandrio adalah salah satu orang kuat pada masa pemerintahan Soekarno, terutama dengan jabatannya yang istimewa, Kepala Badan Pusat Intelijen.
Kelompok Soeharto pada pemerintahan Orde Baru sering menjulukinya Durno, tokoh guru yang licin dan pandai bersilat lidah dalam kisah pewayangan Mahabharata. Meski ia seorang tokoh sipil, Subandrio sempat dihadapkan pada Mahkamah Militer Tinggi dan hampir dieksekusi mati. Namun, menjelang hari-H eksekusi, meluncur surat dari Ratu Inggris Elizabeth II dan Presiden AS Lyndon Johnson yang menyelamatkan nyawanya.
Selama dipenjara, Soebandrio berhasil menulis 2 buah buku yang berjudul, “Meluruskan Perjuangan Perebutan Irian Barat” dan “Kesaksianku tentang G30S”. Sayangnya buku keduanya tidak sempat diterbitkan karena dihancurkan oleh penerbitnya.
P a n d a n g a n
Saya tercenung membaca riwayat Dr Soebandrio ini. Seorang yang hebat, orang kepercayaan Presiden Soekarno dijebloskan ke dalam penjara tanpa alasan yang jelas oleh rezim Orde Baru.
Kalau kita mengacu pada hasil wawancara di atas, apa yang dilakukan orang yang sekarang teriak-teriak PKI, mereka persis melakukan pola yang sama yang dilakukan Soeharto dulu pada PKI. Soeharto berdekatan dan berhubungan dengan menawarkan kesamaan kepentingan kepada PKI untuk menggulingkan pemerintahan dan ketika semuanya berhasil dilakukan, Soehartonya yang pertama berteriak menyalahkan PKI.
Saya masih ingat, ayah saya (kalau beliau masih hidup, umurnya sudah 90 tahun), pernah bilang, “Soeharto lah biang keroknya G30S PKI. Ga masuk akal cuma dia sendiri jendral yang selamat. Kalau semua jendral masih hidup. Ahmad Yani yang pastinya jadi presiden! Karena Soekarno sangat percaya sama Pak Yani!” Dan setiap tanggal 30 September, ayah saya melarang semua anak-anaknya untuk menyalakan televisi tabung yang ada di ruang tengah.
Rakyat Indonesia harus sadar, jika kalian tidak melihat secuil kepentingan yang berhubungan dengan “mereka yang berteriak PKI sekarang”, tidak ada gunanya memberikan dukungan pada mereka. Dan kalian pun tidak punya alasan untuk membenci Jokowi. Ayo, jadilah rakyat yang cerdas!
Your comment?