Ziarah Kuburan Massal Korban 65 Pemalang
PEMALANG – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Proklamasi Kemerdekaan RI ke 72 ditandai dengan ziarah makam pada 4 titik kuburan massal yang diketahui sebagai korban tragedi 65 di Pemalang, Jawa Tengah. Keempat lokasi kuburan massal itu berada di Pandan Wangi Petarukan, Pesisir Widuri Pemalang, makam Penggarit dan Sukowati di Ampel Gading.
Di Pantai Widuri perairan Laut Jawa yang kini menjadi obyek wisata favorit Pemalang ini, banyak orang tak mengetahui persis warisan sejarah kekejian orde baru; yakni bahwa di lokasi yang jadi icon wisata Pantura ini pada rentang masa 1965-66 pernah digunakan sebagai tempat pembantaian manusia.
Sebagaimana dituturkan Agus Wijoyo, Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965-66 (YPKP 65), tradisi ziarah dengan menggelar acara tabur bunga dan doa bersama di lokasi kuburan massal para korban 65 ini telah berlangsung sejak beberapa tahun silam.
Ziarah 4 Lokasi
Pantai Widuri memang merupakan lansekap wisata pantai populer namun menyimpan misteri. Pada sudut sebelah kanan lanskap pesisir ini terdapat pohon rindang. Pohon ini jadi penanda bahwa pada paparan pesisir di bawahnya merupakan kuburan massal orang-orang yang pada masa itu dituduh PKI dan terlibat G30S.
Meski tak ada pengadilan digelar untuk membuktikan keterlibatannya atas perbuatan yang sesungguhnya tak pernah dilakukan, hasil penelitian YPKP 65 mengidentifikasi tak kurang dari 12 warga Pemalang dibantai oleh pihak militer dan dikubur di lokasi ini. Caranya. ke 12 orang itu “dibon” (diculik_Red) dari tempat tahanan politik (tapol) untuk kemudian dieksekusi di luar hukum dengan cara ditembak di lokasi ini.
Banyak warga masyarakat, khususnya keluarga dan korban/penyintas 65 mengikuti ziarah yang diprakarsasi Agus Wijoyo ini. Disertai doa bersama para peziarah juga melakukan tabur bunga di lokasi ini.
Lokasi ziarah berikutnya adalah situs kuburan massal Penggarit yang berada di belakang Taman Makam Pahlawan Penggarit, Pemalang. Di lokasi ini ditandai dengan pohon jati dan diketahui setidaknya ada 6 korban lainnya yang juga dieksekusi tanpa proses hukum.
Mereka adalah Suwono (Lurah Ujunggede), Sutaryo, Marsaid (Pimpinan Commite Seksi PKI) Pemalang, Imam Mursodo dan Rahadi serta lainnya. Di lokasi ini pembantaian berlangsung sedemikian kejinya. Testimoni para saksi menjelaskan bagaimana para korban yang diikat tali pada kedua tangannya. Diseret sejauh 500 meter ke arah hutan Penggarit karena truk yang mengangkutnya tak bisa memasuki akses ke lokasi yang sempit.
Bertemu Mantan Gerwani
Serangkaian ritual ziarah korban 65 Pemalang ini, meski terlaksana di bawah sengat terik mentari, tak mengurangi khidmat para peziarah yang mengikutinya. Di tiap lokasi kuburan massal dipanjatkan doa bersama dengan khusyuk menurut cara dan keyakinan masing-masing.
Para peziarah juga berkesempatan menemui seorang mantan anggota Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia). Sebagaimana diketahui secara luas bahwa Gerwani adalah organisasi perempuan progresif yang difitnah orde baru pimpinan Soeharto sebagai penari telanjang dan pelaku pemotongan alat vital para pahlawan revolusi yang terbunuh di Lubang Buaya. Hal yang sama sekali bertolak belakang dengan eksistensi Gerwani pada masanya.
Bertemu mantan anggota Gerwàni yang pernah disekap sebagai tapol di penjara Bulu Semarang dan Plantungan Yogyakarta ini; serasa mengharu biru sisi kemanusiaan. Perempuan sepuh yang kini tinggal di Bumirejo Comal ini nampak masih bersemangat meski usianya telah menua.
Sebagai saksi sejarah ia masih bisa menceritakañ dengan jelas berdasarkan pengalaman senyatanya, bagaimana para korban dieksekusi dan diseret sepanjang jalan. Mantan anggota Gerwani ini juga masih bisa secara gamblang menyebutkan nama-nama para korban. Data mengenai semuanya kini disimpan di sekretariat YPKP 65.
Seusai acara tabur bunga pada makam para pahlawañ rakyat di hutan Penggarit, ziarah dilanjutkan ke lokasi pemakaman umum Sukowati di Ampelgading. Di sisi kiri dekat pintu masuk pemakaman umum Sukowati ini lah, tak kurang dari 15 orang korban dibantai dan dikuburkan dengan semena-mena.
Sejumlah saksi mata menuturkan kenyataan saat itu, dimana ke 15 mayat korban hanya ditumpuk dan ditindih batang pisang begitu saja. Sehingga bagian kaki dan tangan masih menyembul nampak dari luar. Namun atas kebaikan Lurah Sukowati maka jasad korban dimakamkan ulang di 2 tempat. Diketahui bahwa korban umumnya berasal dari Kecamatan Taman, Pemalang. [bej]
Your comment?