MENGAWALI TAHUN 2023 YPKP65 TEMUKAN KUBURAN MASSAL di SURABAYA

Mengawali Tahun Baru 2023 YPKP65 terus bergerak melakukan penelitian dan pendokumentasian hal Tragedi 1965 dan meresmikan YPKP65 Cabang Mojokerto pada 01 Januari 2023.
Semangat kawan-kawan korban yang telah gugur mendahului kita, kini diteruskan oleh generasi muda.
Situs tempat eksekusi para Tapol 1965 banyak yang berubah menjadi mall atau pertokoan:
1. Pabrik Kulit di Wonocolo Surabaya yang pada 1965 dijadikan tempat eksekusi Tapol kini berubah menjadi Jatim Expo. Tak kurang dari 900 – 1000 Tapol 65 ditembak di tempat ini. Tidak diketahui secara pasti di mana mayat, jenasah korban dikubur, diperkirakan hanya dilarung di kali Brantas.
Dalam pesan Dahlan Iskan menteri BUMN ketika itu sebelum membongkar gudang Pabrik Kulit menjadi JATIM Expo berpesan:
“Silakan berkisah, bersaksi hal tempat ini …… mungkin bapak-bapak, ibu-ibu punya kenangan di bekas Pabrik Kulit ini …..”
Nampaknya sang menteri ini tahu bahwa di tempat ini pada 1965 – 1970 pernah dijadikan tempat penyekapan Tapol dan eksekusi dengan cara ditembak mati.
2. Bekas Penjara Militer Koblen kini berubah menjadi Pasar Sayur. Tembok kekar berbatu putih mengelilingi penjara dan Menara Pengintai masih nampak tegak berdiri kokoh sebagai saksi bisu para Tapol dan Tahmil (Tahanan Militer) yang alami kekejian dan penyiksaan rejim fasis militer Suharto.
3. Penjara Kalisosok yang dibangun pada 1750 sejak jaman VOC yang diperuntukan para pembangkang orang -orang yang anti kolonial Belanda namun tragisnya di jaman republik paska kemerdekaan di jaman orde baru Suharto justru digunakan untuk menyekap orang-orang yang berlabel komunis dan pendukung Sukarno.
Penjara Kalisosok yang dikenal sebagai penjara maut. Para Tapol tidak diberi makan secara layak: nasi kotor bercampur gabah, batu dan pasir serta sayur berupa sampah buangan dari pasar. Perlakuan dari penguasa militer yang disengaja agar Tapol cepat mati tanpa harus ditembak.
Kisah Pak Adam Tapol Kalisosok, ia tidak makan nasi selama 3 bulan. Perut hanya diisi dengan makan rumput serta dedaunan yang didapat di penjara. Ia dan teman-teman Tapol lainnya harus dengan telaten mencabuti “rumput teki”. Umbi yang bentuknya kecil setengah ujung jari kelingking dan daun rumputnya, menjadi pengganjal perut karena lapar, penguasa tidak memberi jatah makan.
Tiap hari mayat Tapol bergelimpangan 10-15 Tapol meninggal dunia mati kelaparan dengan tubuh lemas, kurus kering.
Lokasi penjara yang strategis ini sudah diincar investor akan dihancurkan untuk dibangun sentra ekonomi. Namun, dalam lempeng logam di pintu penjara tertulis, ” Bangunan ini dilindungi Undang-Undang Pelestarian Bangunan yang bernilai sejarah, sebagai warisan cagar budaya, dilarang beralih fungsi”
Kini penjara nyaris bagaikan rumah hantu.
Tim Peneliti YPKP65 yang terdiri dari Indra Siagian, Windi, Eddy Sugiyanto, Handoko, Yoyok dan Bedjo Untung juga menemukan Kuburan Massal Tapol 1965.
Di area pemakaman umum Kampung Jarak, di kanan kiri jalan telah dipenuhi batu-batu nisan penanda yang di dalamnya terkubur jenasah. Namun, di ujung makam sebelah kanan jalan – masih di komplek pemakaman umum Jarak, yang dikenal sebagai Tempat Pemakaman/Jalur Hijau Putat Gede ada lokasi kosong hanya ada beberapa nisan tidak beraturan.
Ya, karena di tempat ini dijadikan tempat pembuangan mayat, jenasah Tapol yang wafat karena dieksekusi pada 1965- 1970 an. Diperkirakan 600 – 700 jenasah Tapol dibuang di tempat ini.
Seorang saksi mata melihat tiap hari ada mobil pengangkut jenasah sarat dengan tumpukan jenasah, hanya dibungkus tikar pandan. Pernah bungkusan mayat melorot, terjatuh di jalanan yang menanjak ketika melewati jalan di Kampung Jarak.
Pak Handoko yang hanya pelajar IPPI juga ditangkap dan dibuang ke Pulau Buru hanya karena ingin mencari ayahnya yang hilang sejak awal Oktober 1965.
Ia datang ke Kodim, Koramil dan kantor polisi hanya ingin bertanya di mana ayahnya. Namun, malang ia justru ditahan, dikirim ke Nusa Kambangan dan akhirnya ke Pulau Buru selama 9 tahun.
Pak Handoko sebelum ditangkap pada 1970 masih sempat menyaksikan di sepanjang sungai Brantas yang membelah kota Surabaya, melihat dengan mata kepala sendiri, banyak mayat mengapung, ada yang diikat dalam rakit batang pisang.
Selama tiga bulan para penduduk di sekitar sungai Brantas tidak berani makan ikan karena muntah melihat mayat bergelimpangan terkadang tanpa kepala.
Pernah ada seorang nelayan mendapati potongan jari di dalam perut ikan.
YPKP65 akan terus menelusuri dan mendokumentasikan tempat-tempat penyiksaan, tempat eksekusi, kuburan massal, kerja paksa, dll., untuk menjawab alibi seolah-olah tragedi 1965 tidak ada alat bukti.
Apakah kesaksian para korban dan diketemukannya 356 Kuburan massal serta bukti surat-surat administrasi, pembebasan Tapol yang ditandatangani institusi Kopkamtib yang jumlahnya ribuan bukan merupakan alat bukti?
Mikir (???)
Salam tetap semangat,
(bj)
Keterangan Gambar (Dok YPKP65 dan credit pict from Wikipedia)
*Pabrik Kulit Wonocolo tempat eksekusi Tapol 1965 kini berubah jadi Jatim Expo.
*Bekas Penjara Militer Koblen tempat penyiksaan Tapol 65, tembok dan Menara pengawas masih kekar.
*Penjara maut Kalisosok Surabaya bagaikan rumah hantu
*Kali Brantas sepanjang sungai mengapung mayat, jenasah Tapol dalam keadaan mengenaskan, tanpa kepala, dll.
*Peresmian Pengurus YPKP65 Cabang Mojokerto Jawa Timur
(Narasumber ada di YPKP65. dok)
Your comment?