Usut Tuntas dan Tangkap Dalang Penyerangan YLBHI, Tuntaskan Kasus Kejahatan HAM Berat 1965-66.

2019 Viewed Redaksi 0 respond
LBH JAKARTA ✔ @LBH_Jakarta
Update situasi di depan Gedung YLBHI/LBH Jakarta. Para lansia masih belum diperbolehkan masuk oleh aparat kepolisian
1:00 PM - Sep 16, 2017
LBH JAKARTA ✔ @LBH_Jakarta Update situasi di depan Gedung YLBHI/LBH Jakarta. Para lansia masih belum diperbolehkan masuk oleh aparat kepolisian 1:00 PM - Sep 16, 2017

Pernyataan Pers:

No: 170919/YPKP65/2017

#DaruratDemokrasi

Sudah tak terhitung kali ke berapa para korban kejahatan HAM 1965-66 menerima serangan serta tindakan persekusi dalam berbagai bentuknya. Hampir dapat dipastikan ketika para korban melaksanakan kegiatan yang terkait perjuangan pemulihan hak-haknya yang -sesungguhnya- menjadi kewajiban negara; dibarengi salah satunya dengan munculnya Hoax ala Orba. Yakni ujaran kebencian yang menyebut bahwa upaya itu tak lain sebagai bagian dari kebangkitan PKI, pembelaan PKI, bangkitnya komunisme –Marxisme Leninisme- dan semacamnya.

Padahal, upaya pengungkapan kebenaran sejarah 65-66 secara substansi tak bisa dikonotasikan sebagai kebangkitan PKI atau pun munculnya neo-komunis, karena keduanya adalah hal yang berbeda. Hanya hoax ala orba  yang melakukan ujaran kebencian publik yang menyesatkan seperti ini.

Terbongkarnya sindikat Saracen belum lama ini rupanya tak mampu memberi stimulus tumbuhnya kesadaran luas untuk mengedepankan pertimbangan nalar sehat dalam menerima dan mencerna informasi. Alih-alih memulai menumbuhkan nalar kritis, malah jatuh pada giliran lebih cepat percaya kepada hoax ketimbang suka melakukan kajian untuk menemukan kebenaran yang logis berdasarkan fakta.

Kajian sejarah sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan dan mengungkap kebenaran pun diserang dan dibubarkan. Pembubaran seminar sejarah (16/9) oleh aparat kepolisian dan insiden penyerangan ke gedung YLBHI Jakarta oleh massa intoleran pada Minggu (17/9) malam, ketika dilangsungkan acara bertema #DaruratDemokrasi dengan judul Asik Asik Aksi; adalah dua insiden terbaru tentang persekusi dan hilangnya nalar kewarasan.

Sebelum peristiwa buruk ini terjadi, sekelompok orang telah membentuk semacam panitia aksi bubarkan seminar pengungkapan kebenaran sejarah 1965. Panitia ini ada strukturnya dan ada agenda rapatnya serta target tujuannya; tentu saja. Tak masalah manakala untuk mencapai target tujuan mereka itu ditempuh dengan cara-cara demokratis; sekali lagi, cara demokratis dengan menggunakan nalar sehat.

Yang terjadi adalah serangan terbuka dan tindakan perusakan. Demikian buruknya penjegalan dan penyerangan terhadap tiap upaya mengungkap kebenaran atas sejarah kelam tragedi 1965/66 di Indonesia; sampai-sampai segala nalar kewarasan dikesampingkan dan digunakanlah cara-cara hasut yang terbukti signifikan memprovokasi massa intoleran untuk bergerak melakukan penyerangan.

YPKP 65 adalah bagian langsung dari FORUM 65 sebagai penyelenggara Seminar Pengungkapan Sejarah 65/66 yang sedianya akan dilaksanakan selama 2 hari pada Sabtu (16/9) dan Minggu (17/9) yang kemudian dilarang oleh polisi dengan alasan pemberitahuan. Dan akhirnya diserang oleh massa intoleran hingga menimbulkan kerusakan parah gedung YLBHI sebagai tempat kegiatan.

Panitia dan peserta Seminar Pengungkapan Kebenaran Sejarah 65/66 yang tertahan dan dilarang memasuki gedung YLBHI oleh polisi [Dok. Forum 65]

Panitia dan peserta Seminar Pengungkapan Kebenaran Sejarah 65/66 yang tertahan dan dilarang memasuki gedung YLBHI oleh polisi [Dok. Forum 65]

Darurat Demokrasi dan Kronologi Penyerangan

Perlu ditegaskan di sini bahwa telah ada kesepakatan sehari sebelumnya, Jumat (15/9) malam di LBH Jakarta, bahwa kegiatan itu bisa berjalan asal ada aparat polisi ikut, juga perwakilan organisasi massa yang menolak bisa ikut; acara akan tetap dilaksanakan dengan, tentu saja, mendapat pengamanan aparat negara.

Namun pada Sabtu (16/9) pagi harinya polisi mengingkari kesepakatan ini dan mengambil tindakan sepihak memblokade gedung YLBHI tempat kegiatan akan dilangsungkan. Blokade diberlakukan sejak pagi buta (jam 05.45 wib) berbarengan dengan Kapolsek Menteng Ronald Purba tiba di lokasi. Para calon peserta yang mulai datang dari luar kota dan berbagai daerah tak diijinkan memasuki lokasi, dengan alasan:

“Acara (Seminar pelurusan sejarah_Red) ini tanpa pemberitahuan. Dan dilarang”, kata Ronald Purba begitu tiba. Atas pelarangan ini, pada akhirnya panitia mengalah dan disepakati acara seminar dibatalkan. Tetapi disepakati pula bahwa para peserta diperbolehkan masuk gedung YLBHI untuk bebersih atau beristirahat setelah datang dari perjalanan jauhnya.

Lagi-lagi, polisi tak melaksanakan kesepakatan ini. Faktanya ada delegasi peserta dari Cirebon, Kuningan, Tegal dan Brebes yang tertahan di luar gerbang, dilarang masuk dan bahkan diancam akan diangkut mobil polisi.  Saat beranjak siang massa mulai menggeruduk dan berpotensi chaos ini dimanfaatkan calon peserta yang tertahan di luar untuk masuk ke YLBHI. Perbincangan informal berlanjut di dalam gedung. Dan pada saat itu lah polisi merangsek memasuki dan menurunkan banner; bahkan bermaksud menyita laptop panitia.

Banyak pihak menyesalkan tindakan polisi ini dan berkesimpulan bahwa situasi dimana gedung LBH-YLBHI digeruduk paksa aparat polisi sebagai apa yang disebut #DaruratDemokrasi.

Terhadap situasi #DaruratDemokrasi ini banyak organisasi dan elemen pro-demokrasi menyatakan sikap penolakannya, kemudian bersepakat membuat acara ekspresi seni dengan judul “Asik Asik Aksi” di Gedung YLBHI mulai jam 15.00–21.00 wib. Tak ada masalah dengan kegiatan ekspresi seni “Asik Asik Aksi” ini, karena memang berisi penampilan gitar tunggal, paduan suara, baca puisi dan pemutaran film. Kalaupun ada masalah juga hanya orasi penolakan beberapa orang di luar pagar.

 

Massa Intoleran Menyerang Saat Malam

Sesuai jadwalnya, ekspresi seni bertema #Darurat Demokrasi berakhir pada jam 21.00 wib, Minggu (17/9) malam itu. Tetapi tak demikian dengan  kerumunan massa di luaran gedung yang makin malam semakin bertambah jumlahnya. Gerombolan massa ini juga melancarkan orasi dan teriakan-teriakan penolakan acara yang –sesungguhnya- telah berakhir.

Hujatan dan ujaran kebencian di depan umum yang bahkan meneriakkan yel-yel “Bakar PKI”, “Bunuh Komunis”, “Jangan sampai Lolos”; tak henti bergema. Bisa dipastikan bahwa “aksi penolakan” para gerombolan ini jelas tanpa pemberitahuan polisi; tak berijin pula. Tapi tak juga segera dibubarkan.

Apabila dicermati kronologinya, sejak sepekan sebelum acara di YLBHI ini memang telah muncul wacana anti-komunis yang entah dari pihak siapa yang pertama menghembuskannya sehingga menjadi viral termasuk di sosial media.

“Seminar Pengungkapan Kebenaran Sejarah 65/66” dipelintir menjadi “Seminar Pembela PKI”, meskipun semua tahu bahwa sindikat penyebar hoax Saracen telah dibongkar dan dilumpuhkan polisi belum lama ini. Artinya, tentu ada Saracen-Saracen lainnya yang juga melancarkan serangan brutal haram yang serupa dengan cara mengumbar ujaran kebencian di media publik.

Terlepas dari itu semua, faktanya sejak sekira jam 22.00 wib malam, gedung YLBHI Jakarta mulai diserang secara membabi-buta. Dan polisi baru bisa membubarkan massa setelah terjadi kerusakan parah pada gedung yang menjadi simbol keadilan demokrasi dan kerusakan bahkan meluas di kawasan Menteng sekitarnya. Sebelum kemudian melakukan evakuasi para korban yang terjebak pada subuh hari berikutnya…

 

Pernyataan YPKP 65

Berdasarkan apa yang dialami para korban atas insiden penyerangan dan perusakan gedung YLBHI, YPKP 65 menyatakan hal-hal berikut:

  1. Menyatakan mengutuk persekusi oleh massa intoleran, mendesak kepada pemerintahaan Jokowi-JK untuk mengusut tuntas, menangkap dan menghukum dalang di balik serangan brutal terhadap gedung dan lembaga YLBHI Jakarta;
  2. Segera ada penyelesaian tuntas yang berkeadilan bagi korban kejahatan HAM 1965-66 dan setelahnya, sebagaimana rekomendasi hasil penyelidikan pro-justisia Komnas HAM dan rekomendasi Seminar Nasional Bedah Tragedi 1965/66;
  3. Kepolisian RI harus berani tegas menindak otak penghasut massa dan pelaku persekusi di luar hukum, tidak membiarkan dirinya terlibat dan terpengaruh dalam wacana pembohongan sejarah yang terus-menerus dipelihara;

Jakarta, 19 September 2017

Bedjo Untung

Ketua YPKP 65
YAYASAN PENELITIAN KORBAN PEMBUNUHAN 1965/1966
Indonesian Institute for The Study of 1965/1966 Massacre
SK Menkumham No.C-125.HT.01.02.TH 2007 Tanggal 19 Januari 2007
Berita Negara RI Tanggal  5 Juni 2007 No.45
Alamat: Jalan M.H.Thamrin Gang Mulia No. 21 Kp. Warung Mangga,
Panunggangan Kecamatan Pinang, Tangerang 15143, Banten,  Indonesia
Phone : (+62 -21) 53121770, Fax 021-53121770 | E-mail
ypkp_1965@yahoo.com | website: http://www.ypkp1965.org
Don't miss the stories follow YPKP 1965 and let's be smart!
Loading...
0/5 - 0
You need login to vote.
Iqbal Aji Daryono (Ilustrasi: Ivon/detikcom)

Dari Film PKI hingga Sastra untuk Rekonsiliasi

Sebuah adegan di film 'Pengkhianatan G30S/PKI' (Foto: Dok. Istimewa)

“Pengkhianatan G30S/PKI” dan Ketidak(mau)tahuan Kita

Related posts
Your comment?
Leave a Reply