G30S/PKI, Gestapu, atau Gestok?
Rabu, 27 September 2017 08:51 AM
Yang boleh bilang “What is in a name?” tampaknya hanyalah Shakespeare yang memang hidup di abad 16. Kita yang hidup di era pencitraan harus tahu betul bahwa terma adalah segalanya.
Itulah sebabnya, dalam persoalan gerakan 30 September 1965 pun ada berbagai terma. Para pemrakarsa dan pendukung gerakan penculikan atas sejumlah jenderal di dini hari buta itu menamakan gerakan mereka Gerakan 30 September. Nama gerakan ini menurut transkrip sidang Mahmillub yang mengadili Supono Marsudidjojo dan Dekrit no 1 tentang Pembentukan Dewan Revolusi Indonesia—keduanya disimpan di Kahin Center, AS, pertama kali disebut 29 September 1965 dalam suatu pertemuan yang merancang dan melakukan kudeta, dan kemudian digunakan dalam pengumuman pertama gerakan tersebut.
Istilah yang digunakan sejak pengumuman Oentoeng dan reaksi balik Soeharto, yang dimuat di semua surat kabar saat itu, adalah G30S, tanpa garis miring PKI.
Kemudian disebut Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), seolah didekat-dekatkan dengan kata Gestapo, polisi rahasia Nazi di Jerman era Hitler, untuk member kesan negative. John Hughes, wartawan AS pertama yang meliput gerakan tersebut mencatat istilah Gestapu atau Gerakan Tiga Puluh September pertama kali digunakan beberapa saat setelah jenazah para jenderal dimakamkan pada 5 Oktober 1965.
Belakangan, kejadian tersebut secara resmi disebut Gerakan Tiga Puluh September/ Partai Komunis Indonesia. Seluruh peristiwanya disebut Peristiwa G-30-S/PKI. Sehari kemudian, 1 Oktober 1965, Gestapu segera disusul serangkaian aksi balasan. Mayjen Soeharto, panglima Kostrad saat itu, memimpin aksi pembalasan tersebut.
Maneuver Soeharto ini kemudian dikenal sebagai Gestok (Gerakan Satu Oktober). Istilah itu kemudian sering dipakai Presiden Soekarno untuk menyebut seputar masalah G30S. Menurut Prof Hermawan Sulistyo istilah ini dinyatakan sebagai versi ‘resmi’ pada 1966-1967. Seorang hakim Mahmillub dalam pengadilan Soebandrio, yang diduga keras terlibat kudeta, mengingatkan Soebandrio tentang pertentangan makna kedua istilah tersebut.
Istilah-istilah ini—Gestapu, Gestok dan G30S/PKI, bukan hanya penting sebagai petunjuk adanya dua fase yang berbeda atas rangkaian peristiwa yang terjadi, atau sebagai istilah pembeda antara kelompok politik yang memenangkan konflik dengan mereka yang kehilangan kekuasaan, tetapi menjadi wacana akademis sendiri.
Istilah Gestok—yang kerap digunakan Soekarno, tak lagi dipakai setelah Soeharto memenangkan pertarungan politik karena berkonotasi bahwa gerakan Soehartolah yang menentang kekuasaan. [ ]
Sumber: GardaNasional.Id
Your comment?