Temuan Kuburan Massal Korban 1965 Diklaim Terus Bertambah

Aulia Bintang Pratama, CNN Indonesia | Senin, 20/03/2017 00:21 WIB
Jakarta, CNN Indonesia — Para aktivis International People’s Tribunal ’65 (IPT 65) mengkritik sikap Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang dinilai enggan menindaklanjuti temuan berbagai kuburan massal para korban pelanggaran HAM 1965. Padahal hingga kini jumlah titik kuburan yang ditemukan semakin banyak.
Salah satu aktivis IPT 65 Hary Wibowo mengatakan bahwa per 2 Mei 2016 yang lalu jumlah lokasi kuburan massal yang ditemukan berjumlah 120 titik, dan 10 bulan berlalu dipastikan jumlah itu terus bertambah.
“Video yang tadi kita saksikan adalah data baru, dan masih terus mengalir. Ini adalah titik ya, jadi di satu lokasi bisa ada beberapa titik,” kata Hary saat ditemui di gedung Komnas Perempuan, Ahad (19/3).
Sebelum memberikan paparan para aktivis memutarkan sebuah video yang memperlihatkan kesaksian orang-orang yang mengaku ikut membunuh serta membuang mayat-mayat yang diperkirakan berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Salah satu yang dipertontonkan adalah kesaksian lelaki asal Surakarta yang dipekerjakan oleh militer untuk membantu membuang mayat di dekat Sungai Bengawan Solo. Tak hanya itu, di sejumlah kawasan di Nusa Tenggara Timur pun ditemukan banyak kuburan massal yang menimbun banyak jenazah korban pembantaian pada peristiwa 1965.
Di Alor misalnya, masyarakat mengetahui ada kuburan massal yang dinamakan “kuburan PKI” di sana. Jumlah jenazah yang ada dalam lubang-lubang di sana pun bermacam-macam mulai dari hanya sembilan orang hingga ada yang mencapai 150 orang. Alor pun menjadi salah satu wilayah “luar biasa” untuk urusan itu. Fakta-fakta terbaru itu, kata Hary membuktikan bahwa kuburan massal bagi para korban pelanggaran HAM 65 akan terus bertambah dan aktivis IPT 65 akan terus mencari sampai mendapat perlakuan layak dari pemerintah, khususnya Komnas HAM.
Namun Hary mengatakan pihaknya tak bisa membuka secara jelas di mana lokasi-lokasi kuburan massal tersebut karena menurutnya sama sekali tak ada jaminan dari Komnas HAM soal itu. Menurut Hary, IPT 65 selama melakukan pencarian tak hanya menemukan saksi korban melainkan juga saksi pelaku.Namun keengganan Komnas HAM mengeksekusi itu semua semakin membuat IPT 65 geram. Data-data baru yang diberikan pun sama sekali tak dimasukkan ke berkas penyelidikan padahal itu bisa dijadikan alat untuk mengusut tuntas kasus kejahatan HAM masa lalu tersebut.”Persoalannya adalah Komnas HAM tak bersedia melakukan penyelidikan lanjutan,” ujarnya.
(obs)
Sumber: CNN Indonesia
Leave a Reply
#Popular in this month
Popular
-
1Surat dari Adi Rukun
-
2Wawancara Dengan Dr Soebandrio, Kepala Badan Pusat Intelijen : Soeharto Memang PKI!
-
3Catatan Rahasia Sebelum Munculnya G30S [Secret]
-
4Bedjo Untung di Forum HAM Asia
-
5Laporan dan Rekomendasi Komnas HAM Tentang Peristiwa 1965 – 1966
-
6Penggalan Kepala Dipajang sepanjang Jalan
-
7Bedjo Untung: “Masalahnya di Jaksa Agung”
-
8Rocky Gerung: “Ketakutan Muncul Negara Komunis Sebenarnya Sudah Tak Ada”
-
9Commemoration of the “Orba” Prison in Tangerang*
-
10Tangan Mohammad Hatta Berlumuran Darah Dalam Peristiwa Madiun
-
Korban pembersihan anti-komunis Indonesia memenang...
Bedjo Untung memenangkan pengakuan di Korea Selatan untuk pencarian... read more »
-
Afro-Asiaisme di Akademi Indonesia
Wildan Sena Utama | 10 Februari Empat tahun lalu, Carolien Stolte... read more »
-
Komitmen penegakan hukum dan HAM dipertanyakan
Temuan 346 lokasi kuburan massal korban tragedi 1965-66 dilaporkan YPKP... read more »
-
Seputar Proklamasi Kemerdekaan Kita
Kesaksian Soemarsono “…Ada cerita tentang Proklamasi... read more »
-
Sekilas Tempo Doeloe [3]
Oleh: Andreas JW Gagal Menyelamatkan Bung Amir Di tengah-tengah kerja... read more »
-
Sekilas Tempo Doeloe [1]
Oleh: Andreas JW Mengenal Alimin Kira-kira awal 1946, pimpinan Jawatan... read more »
-
Tangan Mohammad Hatta Berlumuran Darah Dalam Peris...
Oleh: Martin L Dinihari 19 September 1948, Brigade 29 yang... read more »
-
Perempuan Yogyakarta dalam Perjuangan
Nur Janti | 21 Aperil 2018; 14.00 wib Para perempuan Yogyakarta... read more »
Your comment?