[unduh] BERJUANG DARI PINGGIRAN Narasi Pembela HAM Berbasis Korban 2009 *Meniti Jalan tanpa Ujung – Bedjo Untung [bab 5]

428 Viewed Redaksi 0 respond
Screen Shot 2022-02-17 at 12.26.27 AM

I. Dimulai dari Peristiwa Gerakan 30 September 1965

Gerakan 30 September 1965/1966 merupakan peristiwa luar biasa yang melahirkan tragedi kemanusiaan paling besar pada abad ke 20 setelah pembunuhan etnis Yahudi oleh rezim Hitler.1 Tragedi ini menelan korban ratusan ribu orang, bahkan ada yang menyebutkan jutaan orang terbunuh dan atau hilang tanpa jejak. Para keluarga yang ditinggalkan tidak kalah menderita, mereka tersingkir dari kehidupan sosial, tidak bisa mengakses layanan publik layaknya warga negara yang memiliki hak warga, kesulitan mencari penghidupan ekonomi, dan kehilangan hak sipil dan politiknya.2 Pemerintah menandai anak turun temurun dari orang-orang yang diidentifikasi sebagai anggota atau yang berhubungan dengan Partai Komunis Indonesia dengan status ET (Eks Tapol, ditulis dalam Kartu Tanda Penduduk) setelah mereka dibebaskan penjara. Sebelumnya, mereka dikejar, diburu, ditangkap, dan dipenjarakan tanpa proses pengadilan, disiksa, dipaksa bekerja dan dinistakan. Gerakan pemerintah yang dipromosikan oleh Orde Baru itu mendapatkan dukungan dari banyak kelompok masyarakat yang turut menolak, menyingkirkan, bahkan ikut mengeksekusi anggota atau yang diduga anggota PKI. Hingga kini ketika konsep hak asasi manusia mulai dipromosikan dengan masif melalui media massa, kampanye publik dan berbagai cara pendekatan lainnya, rupanya masih banyak kelompok masyarakat yang tidak mau mengakui keberadaan para keluarga korban tragedi 1965/1966.

Beberapa orang yang memiliki akses dan kemampuan untuk melakukan advokasi telah mencoba mendukung keberadaan komunitas korban dan keluarga korban peristiwa 1965/1966. Salah satu organisasi yang sejak awal didirikannya berkomitmen untuk memperjuangkan kembalinya hak-hak korban, juga melakukan penelitian untuk meluruskan sejarah yang telah disalahtafsirkan mengenai apa yang sesungguhnya terjadi pada September 1965, adalah Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP 1965/66). Kini YPKP dikepalai oleh Bedjo Untung, seorang aktivis yang pernah dipenjara selama 9 tahun tanpa proses peradilan**. Bedjo sempat dipindahkan dari satu penjara kepada penjara lainnya yaitu Penjara Salemba, Tanggerang dan Cipinang

** ralat : di dalam buku tertulis 13 tahun, yang benar adalah 9 tahun

selengkapnya Meniti Jalan Tanpa Ujung – Bedjo Untung [Narasi Pembela HAM Berbasis Korban BERJUANG DARI PINGGIRAN [Hal 85-98]

Don't miss the stories follow YPKP 1965 and let's be smart!
Loading...
0/5 - 0
You need login to vote.
Screen Shot 2022-02-02 at 4.53.05 PM

Survivors / Penyintas Pembunuhan Massal 1965-1966 Menuntut Inggris Untuk Meminta Maaf *Observer Special Report Indonesia 2021 – Slaughter in Indonesia: Britain’s secret propaganda war

Screen Shot 2022-02-19 at 1.22.59 PM

“Korban Tragedi 1965 : Permintaan Maaf Belanda Pukulan Keras buat Jokowi” – CNN Indonesia

Related posts
Your comment?
Leave a Reply