PARA PEMIMPIN DUNIA HARUS MELAKUKAN INTERVENSI UNTUK MENGHENTIKAN KRISIS KEMANUSIAAN DI GAZA DAN MENEGAKKAN HUKUM INTERNASIONAL – Pernyataan Jaringan Pemenang Gwangju Prize for Human Rights

648 Viewed Redaksi 0 respond
Screen Shot 2023-12-11 at 11.08.16 PM

Pernyataan  Jaringan Pemenang Gwangju Prize for Human Rights (NLG) Kuala Lumpur, 23 November 2023

Kami, para penerima penghargaan  Gwangju untuk Hak Asasi Manusia, sangat prihatin dengan krisis kemanusiaan yang mengerikan di Gaza, dan berlanjutnya pendudukan Israel di Tepi Barat.

Gaza telah dibom lebih dari 6.000 kali dan setidaknya 17.000 nyawa, termasuk anak-anak dan bayi tak berdosa, tewas akibat pembalasan Israel terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober.

Hak untuk hidup adalah nilai yang paling mendasar. Tanpa hal ini, tidak akan ada demokrasi yang layak menyandang nama tersebut. Hak ini tertuang dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang merayakan hari jadinya yang ke-75 pada bulan Desember ini.

Kami anggota NLG bergabung dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Palang Merah Internasional, dan Organisasi Kesehatan Dunia untuk menyerukan agar hukum internasional dihormati. Pengeboman secara brutal terhadap infrastruktur sipil, penghentian pasokan termasuk untuk rumah sakit telah mengakibatkan krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah tersebut – dan yang lebih penting lagi, berisiko mengganggu stabilitas kawasan Timur Tengah dan memicu konflik yang lebih luas antara negara-negara besar yang akan menimbulkan ketidakstabilan politik dan konsekuensi ekonomi yang tak tertandingi.

Hukum humaniter internasional dengan jelas melindungi warga sipil, jurnalis, pekerja bantuan dan kesehatan di wilayah konflik – tidak ada negara yang bisa dikecualikan dari aturan ini.

Kami, anggota NLG, menyerukan kepada para pemimpin dunia untuk segera  bertindak cepat untuk menghentikan dan  melakukan intervensi atas dasar kemanusiaan dan mencegah krisis ini meningkat menjadi konflik yang lebih luas dengan konsekuensi destabilisasi yang mengerikan.

Terakhir, kami prihatin dengan pelanggaran hak asasi manusia, impunitas, dan pelecehan hukum yang sedang berlangsung di kawasan Asia Pasifik. Kami mengulangi lagi pernyataan  solidaritas kami dan meminta perhatian atas tindak pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan terhadap sesama kawan  penerima penghargaan dan pembela hak asasi manusia:

Adilur Rahman Khan (Bangladesh), Dewan Asosiasi Perdagangan Guru Iran (CCITTA), Arnon Nampa (Thailand), Chow Hang Tung ( Hong Kong), dan pembela hak asasi manusia Harris Azhar bersama dengan Fatia Maulidiyanti (Indonesia) serta rekan-rekan pembela hak asasi manusia di Myanmar.

Ditandatangani oleh: Basil Fernando (Sri Lanka/Hong Kong), Sushil Pyakurel (Nepal), BERSIH (Malaysia), Latifah Anum Siregar (Indonesia), Bedjo Untung (Indonesia), Joanna Carino (Filipina), Angkhana Neelaphaijit (Tanah Thailand), Nandana Manatunga (Sri Lanka).

          

*****

406240606_10224060916890617_8281652970429017956_n

World Leaders Must Intervene to Stop Humanitarian Crisis in Gaza and Uphold International Law

Statement from the Network of Laureates of Gwangju Prize for Human Rights (NLG) Kuala Lumpur, 23 November 2023

We the laureates of the Gwangju Prize for Human Rights are deeply concerned by the dire humanitarian crisis in Gaza, the continued Israeli occupation in the West Bank.

Gaza has been bombed more than 6,000 times and at least 17,000 lives, including innocent children and babies, have been killed as a result of Israeli retaliation to Hamas’ attack on October 7.

The right to life is the most fundamental value. Without it, there is no democracy worthy of its name. This right is enshrined in the Universal Declaration of Human Rights which celebrates its 75th anniversary this December. We the members of NLG join the United Nations, International Red Cross, and World Health Organization to call for international law to be respected. Indiscriminate bombing on civilian infrastructure, cutting off supplies including for hospitals have resulted in an unprecedented humanitarian crisis in the area – and importantly, risks destabilizing the Middle East region and triggering wider conflicts between major powers which will have unparalleled political instability and economic consequences. International humanitarian law is clear on protecting civilians, journalists, aid and health workers in conflict regions – no state should be exempted from this rule.

We the members of NLG call upon world leaders to immediately halt and act quickly to intervene on humanitarian grounds and prevent the crisis from escalating to a wider conflict with terrible destabilizing consequences.

Lastly, we are concerned about the ongoing human rights violations, impunity and judicial harassments in the Asia Pacific region. We repeat our expression of solidarity and call attention to human rights violations committed against our fellow laureates and human rights defenders: Adilur Rahman Khan (Bangladesh), Council of Iranian Teacher’s Trade Association (CCITTA), Arnon Nampa (Thailand), Chow Hang Tung (Hong Kong), and human rights defenders Harris Azhar together with Fatia Maulidiyanti (Indonesia) as well as our fellow human rights defenders in Myanmar.

Signed by: Basil Fernando (Sri Lanka/Hong Kong), Sushil Pyakurel (Nepal), BERSIH (Malaysia), Latifah Anum Siregar (Indonesia), Bedjo Untung (Indonesia), Joanna Carino (Philippines), Angkhana Neelaphaijit (Thai Land), Nandana Manatunga (Sri Lanka).

simak pula

Bedjo Untung ‘Sang Pemburu Kuburan Massal’ Korban Pembunuhan 1965-1966, Peraih Penghargaan Gwangju Prize for Human Rights 2020 

video oleh JAKARTANICUS

Don't miss the stories follow YPKP 1965 and let's be smart!
Loading...
0/5 - 0
You need login to vote.
Screen Shot 2023-11-10 at 3.02.54 PM

Arsip Koleksi Foto Kamp Kerja Paksa Pulau Buru dan 2 Buku Memoar, Warisan Ingatan Djoko Sri Moeljono

Screen Shot 2024-03-16 at 10.39.24 AM

Menguak Rahasia dan Menggali ‘Riwayat Terkubur’ (Kekerasan Antikomunis 1965-1966) – Dari Kuburan Massal Situkup Wonosobo Hingga Plumbon Semarang….

Related posts
Your comment?
Leave a Reply