Teknologi Dorong Kapitalisme Ubah Masyarakat

Hal itu terdapat dalam buku Ben Anderson, Imagined Community. Salah satu poin di atas disampaikan oleh Jenni Anggita dalam forum diskusi panel bertajuk “International Conference, Reviving Benedict Anderson, Imagined (Cosmopolitan) Communities,” yang diadakan di kompleks Auditorium kampus Sanata Dharma, pada tanggal 13-14 Januari 2017.
Jenni yang mengaku berdarah Cina ini dalam makalahnya mengatakan ingin menyarikan salah satu pemikiran Ben bahwa media ikut serta membentuk imagined community suatu warga masyarakat tertentu melalui imagined nostalgia meskipun warga tersebut tidak berada di tempat asalnya.
Jenni mengatakan setiap nostalgia selalu terkait dengan memori kolektif yang ada dalam setiap individu sebelum mengidentifikasi diri sebagai sebuah komunitas bangsa dan juga peran media baik itu dulu dan perubahannya kini.
“Sebagai contoh, orang Tionghoa Indonesia dapat mengidentifikasi diri sebagai orang Tiongkok dengan mengonsumsi media Tionghoa seperti koran atau film Cina,” ujar Jenni, panelis yang berasal dari Universitas Indonesia, di Sanata Dharma, Yogyakarta, Jumat (13/1/2017).
Menurutnya, dengan membaca media, orang-orang keturunan kemudian memiliki semacam imagined nostalgia berupa keinginan pergi ke tempat-tempat yang ada di Cina.
“Tumbuh perasaan bangga, dan merasa dekat dengan asal mereka di Cina,” papar Jenni.
Jenni mengungkap dirinya juga sering disebut sebagai Cina Benteng, maka pada kesempatan itu ia kemudian mengungkap keunikan Cina Benteng antara lain masih menjalankan tradisi sembahyang para leluhur, tidak bisa berbahasa Mandarin namun fasih berbahasa Sunda atau bicara dengan logat Betawi.
Warga Cina Benteng, kata Jenni memiliki kesenian yang jadi kebanggaan bersama seperti Lenong, Cokek, dan Gambang Kromong. Mereka juga suka hidup berdampingan dengan masyarakat etnis dan agama lain.
“Rata-rata, bekerja sebagai petani, pedagang, buruh, serabutan, dan peternak,” kata Jenni.
Ia lalu menutup pemaparannya dengan mengatakan kondisi saat ini merupakan dampak dari pembangunan ala Orde Baru (Orba) dan tata kota yang berientasi pasar membagi masyarakat menjadi kelas-kelas.
Leave a Reply
#Popular in this month
Popular
-
1Surat dari Adi Rukun
-
2Wawancara Dengan Dr Soebandrio, Kepala Badan Pusat Intelijen : Soeharto Memang PKI!
-
3Catatan Rahasia Sebelum Munculnya G30S [Secret]
-
4Bedjo Untung di Forum HAM Asia
-
5Laporan dan Rekomendasi Komnas HAM Tentang Peristiwa 1965 – 1966
-
6Penggalan Kepala Dipajang sepanjang Jalan
-
7Bedjo Untung: “Masalahnya di Jaksa Agung”
-
8Rocky Gerung: “Ketakutan Muncul Negara Komunis Sebenarnya Sudah Tak Ada”
-
9Commemoration of the “Orba” Prison in Tangerang*
-
10Tangan Mohammad Hatta Berlumuran Darah Dalam Peristiwa Madiun
-
Korban pembersihan anti-komunis Indonesia memenang...
Bedjo Untung memenangkan pengakuan di Korea Selatan untuk pencarian... read more »
-
Afro-Asiaisme di Akademi Indonesia
Wildan Sena Utama | 10 Februari Empat tahun lalu, Carolien Stolte... read more »
-
Komitmen penegakan hukum dan HAM dipertanyakan
Temuan 346 lokasi kuburan massal korban tragedi 1965-66 dilaporkan YPKP... read more »
-
Seputar Proklamasi Kemerdekaan Kita
Kesaksian Soemarsono “…Ada cerita tentang Proklamasi... read more »
-
Sekilas Tempo Doeloe [3]
Oleh: Andreas JW Gagal Menyelamatkan Bung Amir Di tengah-tengah kerja... read more »
-
Sekilas Tempo Doeloe [1]
Oleh: Andreas JW Mengenal Alimin Kira-kira awal 1946, pimpinan Jawatan... read more »
-
Tangan Mohammad Hatta Berlumuran Darah Dalam Peris...
Oleh: Martin L Dinihari 19 September 1948, Brigade 29 yang... read more »
-
Perempuan Yogyakarta dalam Perjuangan
Nur Janti | 21 Aperil 2018; 14.00 wib Para perempuan Yogyakarta... read more »
Your comment?